Mungkin timbul pertanyaan mengapa harus menjawab dari 8 pertanyaan yang ada di part 1? yuk kita breakdown satu-satu supaya bisa lebih memahami bagaimana membangun team dakwah yang solid. ‘Kok membangun team saja harus repot begini sih?’, tidak masalah repot didepan, daripada akan kerepotan saat sudah tumbuh besar.
Mengapa harus menjawab 8 pertanyaan tersebut? Supaya kita bisa menilai diri kita, mengdiagnosa kepribadian kita, sampai sejauh dan sebesar apa peran kita dalam berdakwah. Jika semua terjawab dengan lantang dan lugas tanpa ada jeda, maka kamu sudah siap untuk berdakwah.
- Mengapa kamu ingin berdakwah?
Kamu harus bisa menjelaskan alasan yang paling kuat, mengapa kamu mau terjun untuk dakwah? Apakah karena sudah hijrah? apakah karena ingin punya teman sholeh/sholeha? apakah karena ingin dekat dengan ulama/guru/ustadz supaya dapat kharomah? apakah ingin mendapatkan penghasilan dengan bermuamalah dengan teman hijrah / project dakwah? apakah ada hal yang selain diatas? - Apakah kamu sudah selesai dengan diri kamu sendiri?
Tanyakan diri sendiri, apakah kamu masih ada luka pengasuhan yang masih tertinggal? apakah kamu belum cukup menghidupi diri kamu sendiri? apakah masih ada mimpi yang kamu belum raih/capai? apakah ada yang masih belum ikhlas dalam meninggalkan yang menurut Allah tidak sukai? Jikalaupun masih belum selesai tetapi berusaha keras untuk menyelesaikan, selesaikan dengan segera, karena berdakwah itu bukan untuk memenuhi apa yang kita belum miliki / inginkan tetapi seberapa besar pengorbanan yang kamu bisa berikan untuk berdakwah. - Jika kamu sudah berkeluarga, apakah kamu sudah selesai dengan urusan suami/istri/anak?
Jalan dakwah berliku-liku, tidak ada yang mulus, jika urusan domestik masih menggelayuti kehidupan kita sehari-hari, maka berdakwahpun akan tidak maksimal. Selesai dengan urusan suami/istri/anak adalah semua dari kebutuhan suami/istri/anak sudah tercukupi, tidak ada permasalahan yang berarti dalam keluarga yang sudah diselesaikan antara suami/istri, perhatian kepada anak pun tetap menjadi prioritas utama, memainkan peran sesuai tempatnya, seorang suami sebagai kepala rumah tangga yang memutuskan arah tujuan keluarga, seorang istri sebagai madrasah bagi anak-anak yang mengurusi anak dengan setulus hati tanpa melimpahkan tugas seorang ibu kepada yang lain. Seorang anak yang diberikan perhatian, kasih sayang dan pendidikan dari orang tuanya. Inilah yang paling ideal, disaat urusan domestik sudah terpenuhi dengan baik, maka dakwah pun akan bisa maksimal. - Apakah kamu sudah bisa menjelaskan potensi yang kamu miliki?
Dalam berdakwah harus memiliki potensi yang bisa dimaksimalkan, temukan terlebih dahulu potensi yang dimiliki, tidak hanya mengandalkan fisik semata, tetapi potensi yang bisa disumbangkan dalam berdakwah. Potensi bisa terdiri dari keahlian atau kemampuan yang dimiliki. Jika memiliki skill tertentu, maka salurkan dan kembangkan. Jika memiliki banyak harta, maka sedekahkan kepada yang membutuhkan sehingga apa yang dikorbankan semoga Allah meridhoinya. - Apakah kamu memiliki ghiroh (semangat) untuk berdakwah?
Dalam berdakwah diharuskan punya niat yang kuat, karena dari niat yang kuat akan mengeluarkan energi yang positif. Selain memiliki energi yang positif harus memiliki ilmu agama yang baik sehingga bisa berjalan tegak lurus sesuai dengan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Semangat tanpa ilmu, tidak berarti, sebaliknya ilmu tanpa semangat tidak akan terwujud. Semangat akan selalu naik turun, yang diperlukan untuk menstabilkan semangat adalah ke-istiqomah-an / konsisten dalam bertindak. - Apakah kamu bersedia totalitas dalam berdakwah?
Totalitas adalah bagian dari sebuah komitmen, arti sebuah komitmen berasal dari sebuah keyakinan (believe). Jika sudah menanamkan keyakinan, maka komitmen bukanlah sesuatu yang berharga, melainkan sesuatu yang menjadi keharusan seperti layaknya sebuah nafas. Jika ingin hasil yang maksimal, maka dibutuhkan totalitas dalam menjalankannya. Jika mengerjakan hanya sekadarnya atau seadanya, maka patut dipertanyakan, keyakinan apa yang dipahami?. - Apakah kamu bisa menjadikan dakwah menjadi prioritas dalam hidup kamu selain pekerjaan kamu yang sekarang kamu jalani?
Hidup adalah sebuah pilihan, jika apa yang kamu yakini berdakwah adalah sebuah kewajiban, maka segala sesuatunya akan dipermudah bagi Allah. Tetapi bagaimana dengan keperluan sehari-hari jika berdakwah menjadi prioritas, yang ada akan keteteran / pekerjaan akan terbengkalai? Dakwah itu panggilan hidup layaknya seperti jantung yang tidak perlu memerlukan otak untuk memprogramkannya, karena semua itu sudah diatur dalam alam bawah sadar. Karena bukan dakwah yang butuh kita, tetapi kitalah yang membutuhkan dakwah. - Apakah kamu percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah?
Semua akan menjawab iya, tetapi pada kenyataan dilapangan, rejeki itu diolah dan diatur oleh persepsi kita dan tidak melibatkan Allah Yang Maha memberi rejeki. Rejeki itu, jika ada proyek goal ratusan milyar. Rejeki itu, dapat rumah dengan cicilan yang dapat dijangkau oleh kantong, tanpa melihat ada unsur riba didalamnya. Rejeki itu, karena ada ketulusan seorang pemimpin memberikan bonus berlipat-lipat dari apa yang didapatkan setiap bulannya. Jika kamu memaknai rejeki sepenuhnya, maka kamu tidak perlu risaukan hari esok, karena semua rejeki kita sudah diatur oleh Allah, yang harus dipahami adalah bagaimana kamu menerima / merespon disaat menerima rejeki tersebut.
Silahkan direnungkan kembali dari 8 pertanyaan diatas, sehingga kamu bisa menempatkan posisi di dalam berdakwah. Yuk kita lanjut di postingan berikutnya. Membangun Team Dakwah yang Solid Part 3