Dark Light

Oke, pada part ini, kita akan sharing sebuah cerita supaya teman-teman bisa membayangkan pada pengalaman yang mungkin dijumpai. Pada cerita ini ada 2 kategori penting yang akan dijelaskan, yaiitu sebagai individu (personal) dan komunitas.

Cerita Pertama, ada suatu komunitas yang sudah berdiri puluhan tahun dengan team yang tidak pernah berubah formatnya. Komunitas ini besar hingga punya chapter di kota-kota besar. Setiap chapter diberikan keleluasaan dalam bergerak tidak ada intervensi dari pusat dalam mengarahkan untuk gerakan tertentu. Besar tetapi tidak sebesar gerakannya, besar jumlahnya tetapi terlihat hanya jalan di tempat.

Cerita Kedua, komunitas ini tergolong masih muda usianya dalam berdakwah, tetapi bisa menciptakan energi yang positif dalam pergerakannya. Arah tujuannya jelas dan terukur, memiliki konsistensi yang tidak pernah berubah dalam menyampaikan gerakan dakwahnya. Tidak banyak memiliki team, tetapi jika ada pergerakan, banyak yang ingin jadi volunteer. Bonding antara komunitas dengan jamaah erat dan solid, tetapi rontok di dalam atau banyak perbedaan.

Cerita Ketiga, komunitas yang satu ini memiliki salah satu sosok yang kuat atau bisa dikatakan seorang yang berpengaruh, hingga dalam waktu singkat, komunitas ini dikenal dimana-mana. Tetapi di dalam teamnya silih berganti, selalu ada yang datang dan pergi dan hanya beberapa team saja yang masih bertahan. Hal tersebut mengakibatkan terkurasnya energi dalam mengatur dan develop team, karena setiap ada team yang baru (junior) join, maka yang senior pun berusaha untuk mengajarinya dan menyesuaikannya.

Cerita Keempat, komunitas ini terbentuk karena ada sekumpulan jamaah yang sering berjumpa di tempat kajian untuk menuntut ilmu. Jamaah ini berasal yang komunitas yang berbeda. Karena seringnya bertemu dan merasa nyaman, akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah komunitas baru yang bertujuan agar bisa menyalurkan aspirasinya dalam berdakwah. Di tengah perjalanan terjadi perbedaan pendapat dan mengakibatkan perpecahan, yang dulunya nyaman menjadi tidak enakkan, hubungan antar temanpun menjadi tergores.

Cerita Kelima, komunitas ini hadir memang dibuat hanya untuk orang-orang yang dikenal oleh para foundernya saja. Siapapun boleh hadir / diundang disaat komunitas ini mengadakan event / kajian diluar yang tidak dikenal. Komunitas ini tidak ngotot untuk menjadi besar, tidak masalah jalan di tempat yang terpenting komunitas ini harus tetap ada.

Apakah teman-teman pernah menjumpai situasi seperti diatas? Kelima cerita diatas mungkin hanya sebagian dari ratusan cerita lainnya yang menghiasi dunia dakwah. Apakah ada kesamaan dari kelima cerita diatas? kesamaannya adalah munculnya berbagai masalah yang dihadapi, tetapi apakah kamu menyadari dari cerita kelima diatas mempunyai benang merah yang sama?. Apa yang menjadi benang merah dari semua cerita diatas yaitu setiap komunitas tidak menghadirkan pondasi yang kuat dalam membangun komunitas, terlepas dari pondasi yang ada di dalam team komunias ataupun komunitas itu sendiri.

Sebuah komunitas harus memiliki 3 pondasi penting untuk tetap tegak dan bergerak dengan tujuan yang jelas, terukur dan terarah. Apakah ketiga pondasi tersebut?

  1. Tujuan (Purpose)
    Komunitas harus memiliki tujuan yang jelas, apa yang menjadi prioritas utama komunitas ini hadir? apa yang melandasi komunitas ini hadir? Komunitas harus mempunyai roadmap yang jelas dalam 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun ke depan? Tujuan ini diilustrasikan sebagai seorang masinis (founder) yang berada di lokomotif dengan mengetahui tujuan yang menarik puluhan gerbong, didalam gerbong tersebut terdapat ratusan jamaah / pengikut.
  2. Isu Perjuangan (Status Quo)
    Komunitas harus mengangkat satu isu perjuangan yang harus diperjuangkan, tanpa isu perjuangan, komunitas sebesar apapun akan runtuh berantakan. Karena isu perjuangan ini yang menjadikan mendorong komunitas untuk selalu berkreatifitas dalam melakukan pergerakan dakwahnya. Isu perjuangan ini yang tidak akan luntur sampai kapanpun, tidak akan goyah walaupun badai menerpa, tetap teguh dalam bersikap dan bertindak. Jaman boleh berubah, perilaku boleh melenceng, tetapi isu perjuangan tetap harus dikumandangkan dan dijalankan. Isu perjuangan ini digambarkan sebagai sebuah mesin lokomotif yang selalu bergerak tanpa henti.
  3. Keyakinan / Kepercayaan (Believe)
    Tanpa pondasi yang satu ini, isu perjuangan ataupun tujuan tidak akan pernah ada. Believe ini yang menjadikan segala sesuatunya bisa terjadi. Founder didalam komunitas harus memiliki keyakinan yang kuat dengan apa yang diyakininya. Believe komunitas ini harus dikomunikasikan ke team dan pengikutnya, sehingga believe yang ditanamkan oleh komunitas harus lebih kuat dari pengikutnya. Dan harus dibedakan antara believe yang dimiliki oleh founder dengan believe yang ditanamkan oleh komunitas. Karena jika founder meninggalkan komunitas, komunitas akan tetap berjalan. Bergonta-ganti kepemimpinan, komunitas tetap tegak berdiri. Ini karena believe yang ditanamkan oleh komunitas harus lebih besar dari believe yang dimiliki oleh seorang founder / pemimpin komunitas. Believe ini digambarkan seperti sebuah bahan bakar yang berasal dari bara api yang selalu nyala dan berkobar-kobar.

Ketiga pondasi inilah yang bisa menjawab, mengapa komunitas kamu hadir. Komunitas tidak hanya mengandalkan 1 pondasi saja, itu tidak cukup, ketiga pondasi ini harus ada saat komunitas itu hadir untuk pertama kalinya. Lalu bagaimana jika komunitas itu sudah berjalan dan belum memiliki 3 pondasi tersebut?, maka yang harus dilakukan adalah menarik kebelakang dengan fokus mengarah ke depan, ibarat kamu sedang menarik sebuah busur, dengan tarik kebelakang sekuat tenaga (Status Quo), melihat jelas arah target yang akan ditembus (Purpose) dan menyakini akan mengenai sasaran (Believe).

Lalu kesimpulannya, bagaimana membangun dakwah yang solid? tentu jawabannya adalah 3 pondasi di setiap individu yang ada dalam kepengurusan komunitas harus sama dengan 3 pondasi yang ada di komunitas, selayak mur dan baut. 3 pondasi itu yang melahirkan sebuah Why (Mengapa). Why setiap individu (team) harus sama dengan Why komunitas. Jika Why individu tidak sama dengen Why komunitas, maka akan terjadi sebuah masalah. Begitu sebaliknya jika Why komunitas tidak terbentuk, maka team ataupun jamaah akan terombang-ambing. (lihat kembali Why individu pada Part 2)

Itulah kekuatan dari sebuah Why (Mengapa), dimana rumus mengetahui Why adalah mengetahui Tujuan (Purpose), memiliki Isu Perjuangan (Status Quo) dan berkeyakinan (Believe) yang kuat. Kuatkan Why komunitasmu dan juga di setiap team yang terlibat sehingga dakwah komunitasmu besar dan solid.

Related Posts

Mosfeed vs Manual

Apa sih pembeda Mosfeed dengan cara Manual? yuk simak dibawah pertanyaan yang sering muncul dari jamaah / peserta;…